Realitas KPI

Kamis, 02 Agustus 20120 komentar


Realitas KPI

“Dengan bergabung kedalam kepanitiaan, saya ingin memajukan KPI ke arah yang lebih baik lagi” ucap salah seorang calon panitia pada even Training Of Trainer Pelatihan kepemimpinan Mahasiswa dan Orientasi Mahasiswa baru Komunikasi dan Penyiaran Islam, Sabtu 8/11.
Tak salah memang apa yang menjadi motivasi setiap calon Panitia PKM OMBAK. Semangat dan loyalolitas mereka patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, Stuffing kepanitiaan kali ini dijalankan dengan penuh keseriusan dan bersifat selektif. Tidak lagi bermodal kedekatan, tidak lagi bermodalkan unsur-unsur kepentingan belaka, meski pada akhirnya asumsi segelintir orang tetap meng-kambing hitam-kan individu-individu yang ada pada kepanitiaan hingga pihak luar yang ikhlas membantu kinerja mereka, hanya dengan dalih organ ekstra.
Pengenalan hingga pengelolaan kompetensi menjadi tema besar pada PKM OMBAK kali ini, karena disadari ataupun tidak permasalahan multikompetensi yang ada di jurusan KPI seperti halnya suatu teori yang kita tak tau akan berujung kepada suatu kemanfaatan atau kemadharatan. Selain itu, tema “mempererat silaturahmi” juga menjadi subpioritas para panitia mengingat terlalu lama jurusan KPI atau dalam hal ini HMJ KPI terlalu lama terpecah oleh kondisi sosio-politik yang lumayan hangat dan juga keterputusannya akses mahasiswa KPI dengan para alumnus KPI itu sendiri.
Banyak sekali perbedaan dan terobosan pada kegiatan PKM ombak hari ini. Salah satunya adalah, adanya pembagian dan pemisahan baik dari peserta hingga para panitia menurut minat dan bakat mereka terhadap kompetensi yang ada di jurusan KPI. Para peserta dan panitia akan di bagi 3 kelompok berdasarkan kompetensi yang ada, yakni kelompok Khitobah, Kelompok Kitabah dan Kelompok I’lam. Khusus kelompok I’lam mereka akan dibagi kembali kepada 3 bidang yang ada dimana I’lam berisikan kompetensi dibidang Film dan TV, Ke-Radio-an dan juga Public Speaking. Dan hal ini dimaksudkan tak lain untuk menggiring para peserta untuk mengenali potensi dirinya terhadap setiap kopetensi yang ada di jurusan KPI ini.
Problematika Multikompetensi KPI
Apakah anda sadar apa yang membedakan seorang Dokter Spesialis dengan Dokter Umum? Dan apa yang akan anda pilih terkait keilmuan, “apakah anda kan memilih tau banyak dari yang sedikit, ataukah tau sedikit dari yang banyak?”
Sistem Pendidikan hari ini yang cenderung bersifat pragmatis dimana para calon alumnusnya dicetak menjadi produk industrialisasi pasar mungkin sedang dikejar oleh jurusan KPI. Sayangnya, obsesi yang ada tidak berbaris lurus dengan fasilitas yang ada. Selain itu, Visi dan Misi jurusan KPI salah satunya menjadikan setiap lulusanya menjadi seorang tekhnisi handal dalam dunia media maupun industri film dan televisi terlihat lucu. Mahasiswa KPI mengenal produksi TV dan Fil sekitar semester 5-6 dengan jangka 1 semester, dan lebih disibukan dengan mata kuliah MKDU dan mata kuliah yang sebenarnya kurang penting untuk menciptakan KPI seperti halnya visi dan misi jurusan. Dan itu menggambarkan kurikulum yang ada di jurusan ini yang memaksakan para mahasiswanya untuk menjadi makhluk intelektual yang tak jelas jenis kelaminnya.
Contoh sederhana, ketika para calom mahasiswa melihat jurusan ini dari brosur-brosur yang ada disuguhkan dengan sutau komunikasi visual yang sangat aneh menurut saya. Gambar salah satu artis dan juga mahasiswa KPI yang sedang memegang kamera dan sedang bersiaran di Radio pada dasarnya seperti suatu brosur penjualan yang bersifat marketing. Yang terlihat bagus di brosur, padahal apa yang di jualnya jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan sebelumnya.
Oleh karena itu, salah satu pengobat bagi kita (selaku mahasiswa KPI) adalah memilih kompetensi yang ada di jurusan sehingga manjadi spesialisasi bagi kita. Tak apa kita tak menguasai ekonomi, tak apa, kita tak menguasai filsafat, tak berarti apa-apa juga ketika kita tak menguasai ilmu pendidikan, tapi akan menjadi bencana bagi kita bila kita tak mempertegas potensi dan juga pengetahuan kita tentang kompetensi yang ada di KPI (Khitobah, Kitabah, dan I’lam)
Dan satu yang perlu kita ketahui, tak perlu lah kita bersusah payah dengan belajar kurang lebih 4 tahun untuk seperti itu. Cukup dengan pelatihan selama 6 bulan yang diadakan oleh stasion TV atau seleksi di media cetak kita sudah bisa menjadi seorang pekerja TV ataupun Media Cetak seperti halnya yang dilakukan seorang Alvito Dinova (Jurnalis TV One) yang notabene adalah seorang sarjana ekonomi.
Maka sudah menjadi seharusnya, lulusan seorang KPI bukan lah bercita-cita menjadi seorang pekerja media akan tetapi seorang lulusan KPI adalah orang yang mempunyai media itu sendiri. Orang yang mempunyai konsep, orang yang mempunyai strategi managemen media yang baik dan orang yang berpikiran luas yang menjadikan media sebagai fungsi kontrol masyarakat. Dan semua itu akan kita dapatkan ketika kompetensi yang ada di jurusan KPI dimaksimalkan dengan baik.

Ditulis Oleh Rizki Sopiyandi
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Forkomnas KPI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger