Realitas KPI
“Dengan bergabung
kedalam kepanitiaan, saya ingin memajukan KPI ke arah yang lebih baik lagi”
ucap salah seorang calon panitia pada even Training Of Trainer Pelatihan
kepemimpinan Mahasiswa dan Orientasi Mahasiswa baru Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Sabtu 8/11.
Tak salah memang apa yang menjadi motivasi setiap calon Panitia
PKM OMBAK. Semangat dan loyalolitas mereka patut diacungi jempol. Bagaimana
tidak, Stuffing kepanitiaan kali ini dijalankan dengan penuh keseriusan dan
bersifat selektif. Tidak lagi bermodal kedekatan, tidak lagi bermodalkan
unsur-unsur kepentingan belaka, meski pada akhirnya asumsi segelintir orang
tetap meng-kambing hitam-kan individu-individu yang ada pada kepanitiaan hingga
pihak luar yang ikhlas membantu kinerja mereka, hanya dengan dalih organ
ekstra.
Pengenalan hingga pengelolaan kompetensi menjadi tema besar pada
PKM OMBAK kali ini, karena disadari ataupun tidak permasalahan multikompetensi
yang ada di jurusan KPI seperti halnya suatu teori yang kita tak tau akan
berujung kepada suatu kemanfaatan atau kemadharatan. Selain itu, tema
“mempererat silaturahmi” juga menjadi subpioritas para panitia mengingat
terlalu lama jurusan KPI atau dalam hal ini HMJ KPI terlalu lama terpecah oleh
kondisi sosio-politik yang lumayan hangat dan juga keterputusannya akses
mahasiswa KPI dengan para alumnus KPI itu sendiri.
Banyak sekali perbedaan dan terobosan pada kegiatan PKM ombak hari
ini. Salah satunya adalah, adanya pembagian dan pemisahan baik dari peserta
hingga para panitia menurut minat dan bakat mereka terhadap kompetensi yang ada
di jurusan KPI. Para peserta dan panitia akan di bagi 3 kelompok berdasarkan
kompetensi yang ada, yakni kelompok Khitobah, Kelompok Kitabah dan Kelompok
I’lam. Khusus kelompok I’lam mereka akan dibagi kembali kepada 3 bidang yang
ada dimana I’lam berisikan kompetensi dibidang Film dan TV, Ke-Radio-an dan
juga Public Speaking. Dan hal ini dimaksudkan tak lain untuk menggiring para
peserta untuk mengenali potensi dirinya terhadap setiap kopetensi yang ada di
jurusan KPI ini.
Problematika Multikompetensi KPI
Apakah anda sadar apa yang membedakan seorang Dokter Spesialis
dengan Dokter Umum? Dan apa yang akan anda pilih terkait keilmuan, “apakah anda
kan memilih tau banyak dari yang sedikit, ataukah tau sedikit dari yang banyak?”
Sistem Pendidikan hari ini yang cenderung bersifat pragmatis
dimana para calon alumnusnya dicetak menjadi produk industrialisasi pasar
mungkin sedang dikejar oleh jurusan KPI. Sayangnya, obsesi yang ada tidak
berbaris lurus dengan fasilitas yang ada. Selain itu, Visi dan Misi jurusan KPI
salah satunya menjadikan setiap lulusanya menjadi seorang tekhnisi handal dalam
dunia media maupun industri film dan televisi terlihat lucu. Mahasiswa KPI
mengenal produksi TV dan Fil sekitar semester 5-6 dengan jangka 1 semester, dan
lebih disibukan dengan mata kuliah MKDU dan mata kuliah yang sebenarnya kurang
penting untuk menciptakan KPI seperti halnya visi dan misi jurusan. Dan itu
menggambarkan kurikulum yang ada di jurusan ini yang memaksakan para
mahasiswanya untuk menjadi makhluk intelektual yang tak jelas jenis kelaminnya.
Contoh sederhana, ketika para calom mahasiswa melihat jurusan ini
dari brosur-brosur yang ada disuguhkan dengan sutau komunikasi visual yang
sangat aneh menurut saya. Gambar salah satu artis dan juga mahasiswa KPI yang
sedang memegang kamera dan sedang bersiaran di Radio pada dasarnya seperti
suatu brosur penjualan yang bersifat marketing. Yang terlihat bagus di brosur,
padahal apa yang di jualnya jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan sebelumnya.
Oleh karena itu, salah satu pengobat bagi kita (selaku mahasiswa
KPI) adalah memilih kompetensi yang ada di jurusan sehingga manjadi
spesialisasi bagi kita. Tak apa kita tak menguasai ekonomi, tak apa, kita tak
menguasai filsafat, tak berarti apa-apa juga ketika kita tak menguasai ilmu
pendidikan, tapi akan menjadi bencana bagi kita bila kita tak mempertegas
potensi dan juga pengetahuan kita tentang kompetensi yang ada di KPI (Khitobah,
Kitabah, dan I’lam)
Dan satu yang perlu kita ketahui, tak perlu lah kita bersusah
payah dengan belajar kurang lebih 4 tahun untuk seperti itu. Cukup dengan
pelatihan selama 6 bulan yang diadakan oleh stasion TV atau seleksi di media
cetak kita sudah bisa menjadi seorang pekerja TV ataupun Media Cetak seperti
halnya yang dilakukan seorang Alvito Dinova (Jurnalis TV One) yang notabene
adalah seorang sarjana ekonomi.
Maka sudah menjadi seharusnya, lulusan seorang KPI bukan lah
bercita-cita menjadi seorang pekerja media akan tetapi seorang lulusan KPI
adalah orang yang mempunyai media itu sendiri. Orang yang mempunyai konsep,
orang yang mempunyai strategi managemen media yang baik dan orang yang
berpikiran luas yang menjadikan media sebagai fungsi kontrol masyarakat. Dan
semua itu akan kita dapatkan ketika kompetensi yang ada di jurusan KPI
dimaksimalkan dengan baik.
Ditulis Oleh Rizki Sopiyandi
Posting Komentar