Di depan gerbang UIN Suska Riau. Foto Yurike Adhinda |
Korupsi
"Produk" Indonesia
Oleh
Ubay KPI
Sebelum
tidur, saya sempat mengotak-atik bebe dan BBM-an bersama teman. Sesekali juga
saya membuka link detikcom dan kompas.com untuk melihat update informasi
terbaru.
Di sela-sela keasyikan saya membaca artikel ada pesan di BBM masuk. Dari rekan
saya di Forkomnas KPI asal Palangakaraya, Dhika Potter akun FB-nya.
Menyampaikan pesan bahwa ia telah mengirim data mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam STAIN Palangkaraya.
Aplikasi FB yang sebelumnya sign in FB pribadi, langsung saya close dan membuka
akun organisasi Forkomnas KPI Pusat.
Yah, saya menerima dua pesan di akun tersebut. Pertama dari Imron mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya, dan kedua dari Dhika.
Belum sempat saya download lampiran pesan tersebut. Saya hanya ingin memastikan
apakah Dhika betul-betul mengirim data itu. Rencananya saya akan mengambil
lampiran tersebut melalui notebook besok pagi.
Beberapa saat saya melihat pengajuan pertemanan dari mahasiswa KPI, ada juga
yang komentar di status. Saya tak menghiraukan itu semua.
Tangan saya bermain lebih ke bawah menggeser tombol bebe. Menemukan sebuah
status panjang dari rekan KPI. status tersebut berjudul Ironi di Negeri
Sendiri.
Terus saya geser ke bawah membaca secara lengkap tulisan berisi sebuah
perusahaan milik orang non-Indonesia.
Berikut saya sertakan status rekan Adji Prodesign di akun FB-nya.
IRONI DI
NEGERI SENDIRI
-Bangun
tidur anda minum apa ?
apa Aqua ? (74% sahamnya milik Danone ,perusahaan Perancis) atau Teh Sariwangi
(100% saham milik Unilever Inggris.) Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82%
sahamnya dikuasai Numico Belanda).
-Lalu
mandi pakai Lux dan
Pepsodent (Unilever,Inggris).
-Sarapan
? Berasnya beras
impor dari Thailand (BULOGpun impor), gulanya jg impor (Gula
ku - Malaysia) . -Mau santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% saham milik
Philip Morris Amerika)
.
-Keluar rumah naik motor/ mobil buatan Jepang, Cina,India, Eropa tinggal pilih.
-Sampai
kantor/kampus/dll nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina.
-Pakai
komputer, hp(operator Indosat, XL,Telkomsel semuanya
milik asing; Qatar, Singapura, Malaysia).
-Mau
belanja ? Ke Carrefour,punya Perancis. Kalo gitu ke Alfamart (75% sahamnya
Carrefour). Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International,
Malaysia yg juga Hero.
-Ambil
uang di ATM BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ,ah semuanya sudah milik asing
walaupun namanya masih Indonesia.(Untung ane pake BRI..hehe)
-Bangun
rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik
Heidelberg (Jerman) (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong
punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. By the way, BB
atau HP anda- pun buatan luar
"CUMA
KORUPTOR aja yg Asli Produk Indonesia..!!!
Sudah
baca semua kawan-kawan?
Anda tentu akan punya pandangan masing-masing terhadap catatan tersebut.
Saya pribadi sendiri betul-betul tidak menyangka bahwa ãやą yang kita konsumsi dan pergunakan ternyata
tak seratus persen masuk ke kas negara. Akan tetapi sebagian masuk ke kantong
orang luar negeri.
Sampai air minum pun. Padahal Indonesia negara kepulauan yang melimpah ruah
kekayaan airnya. Bahkan air menjadi musibah di beberapa tempat di negeri ini.
Termasuk ibukota Jakarta.
Nah, yang paling akhir dari catatan itu bagi saya sangat menarik. Setujukah
anda dikatakan demikian?
Mungkin terlalu kejam ya kawan-kawan. Sebab tak hanya Indonesia yang pejabatnya
suka makan duit rakyat. Namun di beberapa negara lain juga ada yang sama dengan
negeri "Melimpah Loh Jinawi" ini.
Tapi, isu korupsi di pelbagai media saat ini mendapat sorotan tajam dari
masyarakat. Itu tak bisa dipungkiri. Buktinya KPK dan pengadilan masih banyak
menyisakan PR akan kasus ini.
Tak lain, pelakunya adalah orang penting di negeri ini. Kalau ndak DPR ya
Gubernur, kalau tidak keluarga DPR ya Bupati atau Walikota. Hingga sampai ke
tingkat PNS.
Golongan ini yang parah. Sebab mereka-merekalah yang punya peluang untuk korup
berjumlah banyak.
Sedangkan di tingkat bawahnya, meskipun ada tentu dengan nominal lebih sedikit.
Yah, korupsi dan koruptor bukanlah sebuah produk. Beda halnya dengan batik yang
merupakan karya dan perlu diakui sebagai produk Indonesia. Begitu juga dengan
budaya perlu pengakuan cepat untuk dipatenkan menjadi kekayaan dan produk
negeri pertiwi ini.
Nah, sekarang maukah negeri ini mengakui KORUPSI/KORUPTOR sebagai produk negeri
Indonesia?
Sudah jelas bukan, kalau negeri ini hanya mengakui suatu hal yang baik saja?
Catatan
Menjelang Tidur
Berbaring dengan Sarung Menutup Setengah Badan
Selasa, 6 November 2012
Pukul 02.32 Wib
+ komentar + 1 komentar
sippp
Posting Komentar