Oleh NIZAR FAHMI
Perjalanan hidup setiap orang pasti
berbeda-beda. Takkan pernah ada kesamaan sedikit pun dalam setiap fase yang
dilaluinya. Setiap titik yang terukir dalam buku seseorang belum tentu akan
terukir sama persis dalam buku orang lain.
Inilah aku, hidupku, nafasku,
segalanya bagiku. Ketika langit menjadi hitam di sore hari, aku akan menghirup
udaranya yang dingin, sedangkan kamu? Ketika awan membentuk hidung raksasa, aku
akan memotretnya dalam sebuah kamera digital, kamu? Ketika derita negeri
ini tak lagi ada, aku akan membuat sebuah perayaan yang begitu besar untuk
diriku sendiri, kamu? Ketika SBY menjadi presiden negeri sejuta lara ini,
hatiku gembira menyambut pemimpin yang kharismatik ini, kamu? Apakah kamu
melakukan hal yang sama di setiap sesi kehidupan yang kusebutkan?.
Nafasku, udaraku, paru-paruku menjadi
satu dalam setiap hirupannya yang dalam. Angin yang sejuk terkadang membuat
paru-paru ini basah, namun saat angin yang berhembus membawa hawa [panas dalam
setiap muatannya, paru-paru ini akan tetap setia menghirupnya meskipun terasa
panas dalam setiap hirupannya.
Sudah banyak titik yang kugoreskan
dalam hidupku ini. aku tak tahu sudah sampai halaman berapa. Jika hidup dapat
diukur berdasarkan halaman buku yang kita miliki, maka aku akan membeli buku tertebal
yang dijual dipasaran. Bukan tidak mungkin, setiap orang pasti ingin hidup lama
di dunia ini, jangan munafik pada dirimu sendiri, hanya itu saja. namun
ternyata hidup ini bukan sekedar menggoreskan titik dalam buku belaka, tetapi
bagaimana kita mampu untuk merangkai titik-titik itu menjadi sebuah gambar yang
indah untuk kita tunjukkan pada dunia siapa kita sebenarnya.
Perangkaian titik menjadi sebuah
gambar itu bukanlah sebuah perkara mudah bagiku, entah bagimu? Aku hanyalah
seorang lelaki kurus bertinggi sekitar 1,6 meter dan menikmati secangkir kopi
setiap pagi di depan rumah mungilku. Aku selalu ingin memperlihatkan setiap
perbedaan yang kumiliki pada semua orang, tujuannya hanya satu yaitu agar
mereka tahu bahwa aku ada di tengah-tengah kehidupan mereka.
Dan untuk apapun yang aku lakukan,
semuanya terserah padaku. Aku ingin berguna dengan caraku sendiri, karena,
“semua orang punya jalannya sendiri untuk berguna bagi orang lain” (Shaolin 2011). membuat orang lain
tersenyum dan menyimpannya sebagai sebuah kenangan yang akan kutertawakan suatu
hari nanti. Itulah tujuan hidupku.
Penulis adalah mahasiswa Komunikasi
Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Semester III
Posting Komentar